pro-independence Papua is the result of the unfair treatment that the Papuan people receive from the Indonesian government which is considered repressive. marginalization, discrimination, including the lack of recognition of Papua's contributions and services to Indonesia, not optimal development of social infrastructure in Papua
Baku Tembak TNI dan OPM di Papua Tengah: Klaim Korban Sipil dan Kerusuhan di Puncak Jaya.
Baku Tembak TNI dan OPM di Papua Tengah: Klaim Korban Sipil dan Kerusuhan di Puncak Jaya.

Baku Tembak TNI dan OPM di Papua Tengah: Klaim Korban Sipil dan Kerusuhan di Puncak Jaya.

Pasukan TPNPB-OPM menyiapkan prosesi pembakaran mayat Detius Kogoya, personil Komando Daerah Pertahanan (Kodap) VIII Intan Jaya. Detius tewas setelah baku tembak dalam penyerangan di Kampung Madi, Distrik Paniai Timur, Kabupaten Paniai, Papua Tengah, pada 21 dan 22 Mei 2024. Dalam penyerangan itu kelompok bersenjata ini membakar 12 bilik kios dan sejumlah bangunan sekolah. Dok. Istimewa

Baku Tembak TNI dan OPM di Papua Tengah: Klaim Korban Sipil dan Kerusuhan di Puncak Jaya.

Westnoken Jakarta – Tentara Nasional Indonesia atau TNI dari Satgas Yonif RK 753/AVT menembak mati tiga orang dari Organisasi Papua Merdeka atau OPM di Kabupaten Puncak Jaya, Papua Tengah, pada Selasa, 16 Juli 2024. Namun, hal itu dibantah Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat Organisasi Papua Merdeka atau TPNPB-OPM.

Dalam keterangannya, kelompok kriminal bersenjata itu menyebut korban penembakan TNI ialah warga sipil. Korban salah tembak versi TPNPB-OPM itu di antaranya Kepala Desa Kalome Distrik Mepogolok, Tonda Wanimbo; Kepala Desa Dokkome, Pemerintah Murib; dan seorang warga sipil bernama Dominus Enumbi.

Sementara berdasarkan keterangan versi TNI, tiga orang yang ditembak mati itu berasal dari kelompok pimpinan Teranus Enumbi. Korban yang tewas itu berinisial SW (33), YW (41), dan DW (36). Sementara Teranus Enumbi melarikan diri.

Kepala Penerangan Kodam atau Kapendam Cendrawasih XVII Letkol Inf Candra Kurniawan mengatakan, bahwa pihaknya selalu menjunjung tinggi penegakan hukum dalam memproses penindakan terhadap kelompok OPM. Menurut dia, penembakan terhadap kelompok kriminal bersenjata itu berdasarkan informasi dan bukti-bukti yang dimiliki.

“Dalam proses penindakan OPM telah berdasarkan informasi, keterangan, data, dan bukti-bukti,” katanya, Sabtu, 20 Juli 2024.

Ia mengatakan, insiden penembakan itu bermula saat satgas mendeteksi adanya keberadaan OPM yang sedang memasuki pemukiman. Salah satu orang yang dideteksi ialah Teranus Enumbi, buron tindak pidana penyerangan aparat keamanan pada 2018.

“Teranus Enumbi bersama beberapa lainnya memasuki pemukiman di kampung Karubate, Distrik Muara dengan membawa senjata api,” ujarnya.

Sesaat setelah mendeteksi keberadaan OPM, satgas menuju lokasi. Candra menyebut, gerombolan OPM melakukan perlawanan dengan mengeluarkan tembakan ke arah prajurit TNI.

Insiden baku tembak ini terjadi ketika militer Indonesia berupaya menangkap kelompok OPM di suatu warung. “Sehingga prajurit TNI melumpuhkan dan menembak gerombolan tersebut,” ucapnya.

TNI juga menyebut telah menyita sepucuk pistol rakitan yang dibawa oleh anggota OPM itu, beserta bendera bintang kejora.

Akibat insiden ini, masyarakat sipil melakukan aksi anarkistis di Mulia, Puncak Jaya, Papua Tengah pada Kamis, 18 Juli 2024. TPNPB-OPM berkukuh bahwa kerusuhan itu terjadi karena kemarahan warga atas pembunuhan tiga orang warga setempat yang ditembak militer Indonesia.

Kerusuhan itu mengakibatkan seorang warga bernama Abdullah Jaelani (30) meninggal akibat terkena benda tajam. Empat orang lainnya terluka. Satu di antaranya ialah Komandan Batalion 753/AVT Mayor Inf Novald Dermawan yang terkena lemparan batu di bagian kepalanya. (Sumber https://nasional.tempo.co)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *