
Ironis! Kelompok OPM Teriak HAM Ketika Tersudut, Tapi Realita Mereka Pelaku Pelanggaran HAM Nyata di Papua
Westnoken – Ironi kelam mewarnai Tanah Papua. Kelompok bersenjata Organisasi Papua Merdeka (OPM) terus menyerukan isu pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) yang dituduhkan kepada aparat keamanan dan TNI Polri di Papua, namun kenyataannya justru mereka sendiri yang melakukan pelanggaran HAM tersebut.
Dalam beberapa bulan terakhir, aksi brutal OPM semakin sering terjadi. Pembunuhan terhadap warga sipil, perusakan hingga pembakaran fasilitas umum, serta teror terhadap tenaga pendidik dan kesehatan menjadi kisah nyata penderitaan rakyat di Papua.
Tokoh masyarakat Kabupaten Puncak, Yulianus Murib, mengungkapkan kekecewaannya terhadap tindak pelanggara HAM kelompok tersebut.
“Mereka selalu bicara soal HAM, tapi kami yang jadi korban. Anak-anak kami dibunuh, perempuan disiksa, rumah dibakar. Kalau itu bukan pelanggaran HAM, lalu apa?” ujarnya dengan nada getir.
Yulianus menambahkan, masyarakat kini semakin sadar bahwa perjuangan yang diklaim OPM hanyalah kedok untuk menebar ketakutan.
“Kami tidak butuh perjuangan yang membawa darah dan duka. Kami ingin hidup damai, bekerja, dan melihat anak-anak kami tumbuh tanpa takut mendengar bunyi senjata,” tegasnya.
Kekerasan yang dilakukan OPM turut melumpuhkan pelayanan publik di berbagai wilayah dan menghambat proses pembangunan di pedalaman. Banyak sekolah, puskesmas, dan rumah ibadah menjadi sasaran pembakaran dan perusakan. Tak sedikit guru dan tenaga kesehatan memilih meninggalkan daerah karena khawatir menjadi korban selanjutnya.
Tokoh adat Lanny Jaya, Markus Yikwa, menilai tindakan OPM telah mencederai nilai luhur budaya Papua yang menjunjung tinggi perdamaian dan persaudaraan.
“Dalam adat kami, nyawa manusia itu suci. Tidak boleh dilukai, apalagi dibunuh. Tapi OPM justru menodai adat kami dengan darah dan air mata. Ini bukan perjuangan, ini kejahatan kemanusiaan,” ujarnya tegas.
Sementara itu, tokoh pemuda Papua, Elpias Wonda, menghimbau agar masyarakat tidak mudah terprovokasi oleh propaganda OPM.
“Isu HAM dijadikan tameng oleh OPM untuk menarik simpati dunia internasional, padahal mereka sendirilah pelaku pelanggaran paling nyata. Dunia harus tahu, korban sebenarnya adalah rakyat Papua yang ingin hidup damai,” katanya lantang.
Masyarakat berharap pemerintah dan aparat keamanan terus mengambil langkah tegas dan terukur untuk melindungi warga sipil. Mereka juga meminta dunia internasional agar melihat fakta sebenarnya, bukan narasi sepihak yang dijual oleh kelompok bersenjata. “Kami ingin Papua kembali tersenyum. Tidak ada lagi air mata, tidak ada lagi suara senjata. Hanya damai dan kasih yang hidup di tanah ini,” tutup Yulianus penuh harap.