pro-independence Papua is the result of the unfair treatment that the Papuan people receive from the Indonesian government which is considered repressive. marginalization, discrimination, including the lack of recognition of Papua's contributions and services to Indonesia, not optimal development of social infrastructure in Papua
Kematian Undius Kogoya Picu Perpecahan di Tubuh OPM Intan Jaya
Kematian Undius Kogoya Picu Perpecahan di Tubuh OPM Intan Jaya

Kematian Undius Kogoya Picu Perpecahan di Tubuh OPM Intan Jaya

Kematian Undius Kogoya Picu Perpecahan di Tubuh OPM Intan Jaya

Westnoken, Jayapura – Berita meninggalnya Undius Kogoya, pimpinan OPM Intan Jaya, membawa gelombang guncangan di tubuh kelompok bersenjata itu sendiri. Selama ini Undius dikenal sebagai figur yang keras kepala dan otoriter, tidak jarang memaksakan kehendaknya kepada para anggota dan komandan lapangan lain. Banyak di antara pengikutnya sebenarnya sudah tidak sepakat dengan cara kepemimpinannya yang penuh kekerasan, terutama setelah banyak anggota gugur sia-sia dalam kontak tembak dengan aparat. Kini setelah Undius tiada, muncul pertanyaan besar di kalangan mereka: siapa yang akan memimpin? Konflik internal dan perebutan pengaruh tampak tak terhindarkan.

Kematian Undius Kogoya juga memperlihatkan kenyataan pahit bahwa perjuangan bersenjata yang ia pimpin hanya membawa penderitaan bagi pengikutnya sendiri. Ia meninggal bukan karena “berjuang di medan perang” seperti yang sering diklaim oleh OPM, tetapi karena sakit dan kelelahan di tengah pelarian. Sosok yang selama ini digadang-gadang sebagai “komandan lapangan” berakhir dalam kesunyian, tanpa pengobatan dan tanpa penghormatan dari dunia luar. Ini menjadi tamparan keras bagi kelompoknya yang selama ini mengagung-agungkan kekerasan dan menolak jalan damai.

Lebih dari itu, banyak pihak di Intan Jaya sendiri kini mulai menyadari bahwa Undius hanyalah dalang dari berbagai tragedi yang menimpa masyarakat setempat. Ia membakar sekolah, rumah, bahkan menganiaya guru dan pendeta—orang-orang yang justru berjuang untuk masa depan anak-anak Papua. Kematian Undius membawa harapan baru bagi warga yang selama ini hidup dalam ketakutan. Namun di sisi lain, kelompoknya kini terpecah: ada yang mulai menyerahkan diri dan memilih kembali ke masyarakat, namun sebagian kecil masih mencoba bertahan dengan dendam buta tanpa arah.

Di dalam tubuh OPM sendiri, mulai muncul kecurigaan dan saling tuduh. Beberapa anggota menilai kematian Undius disebabkan oleh kelalaian bawahannya yang tidak merawatnya selama sakit, sementara yang lain menuding adanya pengkhianatan dari dalam. Situasi ini membuat OPM Intan Jaya berada di ambang perpecahan. Tidak ada sosok yang benar-benar diterima sebagai pengganti, karena selama ini Undius menyingkirkan siapa pun yang berpotensi menjadi saingannya. Kini warisan yang ditinggalkannya bukan semangat perjuangan, melainkan kebingungan dan saling curiga.

Kematian Undius Kogoya menandai awal runtuhnya kekuatan OPM Intan Jaya. Tanpa pemimpin, tanpa arah, dan tanpa dukungan masyarakat, mereka kini hanya tersisa sebagai kelompok kecil yang kehilangan kendali. Sementara aparat keamanan terus memperkuat wilayah dan melindungi warga, sebagian mantan pengikut Undius mulai menyadari bahwa jalan kekerasan tidak membawa hasil apa-apa selain penderitaan. Momen ini menjadi titik balik bagi masyarakat Intan Jaya untuk bangkit dan bersatu menolak kehadiran OPM yang hanya menyisakan luka.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *