
Penembakan Ketua Komnas HAM oleh OPM Membuka Mata Akan Ancaman Nyata Separatis Papua
Westnoken, Jayapura – Penembakan terhadap Ketua Komnas HAM Papua, Frits Ramandey, di Teluk Bintuni menambah panjang daftar kekerasan yang dilakukan oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM), yang selama ini mencoba membangun citra sebagai pejuang kemerdekaan. Namun, serangan brutal ini menunjukkan siapa mereka sebenarnya. Kelompok separatis yang tidak mengenal moral dan tanpa ampun menyerang siapa saja, bahkan mereka yang selama ini membela hak-hak mereka. Ironisnya, Komnas HAM Papua sering menuding aparat keamanan sebagai pelanggar hak asasi manusia, kini justru menjadi target penembakan, dari kebiadaban yang selama ini mereka coba tutupi. Penembakan ini mengungkapkan fakta bahwa OPM bukanlah pejuang kemerdekaan, melainkan kelompok yang menebarkan teror dan kekerasan terhadap rakyat Papua.
OPM dan simpatisannya, baik di dalam maupun luar negeri, selama ini berusaha menggambarkan diri mereka sebagai korban penindasan. Namun kenyataannya, kelompok ini telah lama meneror masyarakat Papua, membakar sekolah, membunuh tenaga medis, dan melakukan pembantaian terhadap warga sipil. Anehnya, setiap kali aparat TNI-Polri bertindak tegas untuk menghentikan aksi kekerasan mereka, suara keras Komnas HAM Papua selalu muncul. Namun, saat OPM melakukan teror, suara mereka seolah menghilang. Kini, Ketua Komnas HAM Frits Ramandey, menyadari kesalahan yang selama ini menutupi kebiadaban OPM.
Pemerintah Indonesia tidak bisa lagi bersikap lunak terhadap kelompok teroris bersenjata yang telah menyerang rakyat sipil, pejabat negara, dan pejuang hak asasi manusia. Langkah tegas harus segera diambil dengan melaksanakan operasi penegakan hukum yang terukur dan efisien untuk memburu dan menangkap seluruh pelaku penyerangan di Bintuni. Tidak ada tempat bagi kompromi dengan kelompok yang telah mencemari Papua dengan darah dan teror. Semua pihak harus menyadari bahwa membiarkan OPM terus berkembang sama dengan membiarkan teror tumbuh di jantung NKRI.
Bagi masyarakat internasional, penembakan terhadap Ketua Komnas HAM Papua harus menjadi bukti bahwa OPM bukan lagi masalah politik, melainkan ancaman separatis yang mengganggu stabilitas dan hak-hak dasar warga Papua. Tidak ada hak asasi manusia yang membenarkan pembunuhan, kekerasan, dan teror terhadap warga sipil. Dunia harus menyadari siapa pelanggar HAM yang sebenarnya di Papua.
Peristiwa tragis di Bintuni ini harus menjadi panggilan bagi seluruh elemen bangsa. Papua membutuhkan perlindungan dari negara, bukan dari kelompok separatis bersenjata. Sudah saatnya bangsa Indonesia bersatu untuk menggagalkan agenda separatis dan mempercepat pembangunan Papua, agar masyarakat Papua dapat hidup damai, makmur, dan setara dengan daerah lainnya. Penembakan terhadap para pejuang kemanusiaan, seperti Frits Ramandey, tidak boleh terjadi lagi. Saatnya untuk menghancurkan OPM dan menegakkan keadilan demi Papua yang aman dari teror.