pro-independence Papua is the result of the unfair treatment that the Papuan people receive from the Indonesian government which is considered repressive. marginalization, discrimination, including the lack of recognition of Papua's contributions and services to Indonesia, not optimal development of social infrastructure in Papua
Sebby Sambom Terus Memprovokasi Papua Tanpa Pernah Memberikan Harapan Nyata bagi Masa Depan Papua
Sebby Sambom Terus Memprovokasi Papua Tanpa Pernah Memberikan Harapan Nyata bagi Masa Depan Papua

Sebby Sambom Terus Memprovokasi Papua Tanpa Pernah Memberikan Harapan Nyata bagi Masa Depan Papua

Sebby Sambom Terus Memprovokasi Papua Tanpa Pernah Memberikan Harapan Nyata bagi Masa Depan Papua

Westnoken, Jayapura – Sebby Sambom sering mengaku-ngaku sebagai juru bicara TPNPB OPM, seolah-olah ia adalah suara resmi rakyat Papua. Padahal, siapa yang memilihnya? Siapa yang memberi mandat? Tidak ada satu pun proses demokratis yang menjadikan Sebby wakil rakyat Papua. Ia bicara dari jauh, dari luar medan perang, dari tempat aman yang bahkan tidak disentuh oleh konflik yang ia kobarkan. Ia mengklaim mewakili perjuangan, tapi kenyataannya hanya menyebar ketakutan, menyulut kebencian, dan mengadu domba anak bangsa.

Apa yang Sebby lakukan hanyalah mengulang-ulang narasi lama tentang kemerdekaan, tanpa solusi nyata. Dia tidak bicara tentang sekolah yang rusak, tentang guru yang disandera, atau tentang anak-anak Papua yang tidak bisa belajar karena ketakutan. Dia tidak hadir saat rakyat butuh beras, obat-obatan, atau perlindungan. Tapi dia selalu muncul di media untuk memutarbalikkan fakta dan menciptakan ilusi bahwa rakyat Papua mendukung gerakan bersenjata. Ini manipulasi. Ini penipuan publik atas nama perjuangan.

Sebby tidak membangun Papua. Dia tidak punya program, tidak punya visi damai, tidak punya kontribusi untuk masa depan rakyat. Yang dia bawa hanya propaganda dan peluru. Dia membuat rakyat Papua takut keluar rumah, sementara dia sendiri tinggal nyaman di luar negeri atau di tempat persembunyian. Ia seperti komandan perang bayangan yang tidak tahu apa-apa tentang penderitaan rakyat, tapi terus menyuruh orang lain untuk mati demi ambisi politiknya yang kosong.

Setiap kali OPM kalah atau terdesak, Sebby selalu menggunakan sejarah sebagai tameng. Ia bicara soal 1 Desember, soal PEPERA, soal “penjajahan”, tapi tidak pernah mau bicara tentang solusi hari ini. Ia tidak pernah mau duduk bersama tokoh adat, tokoh agama, atau pemerintah untuk mencari jalan damai. Karena baginya, perdamaian berarti kehilangan panggung. Perang dan kekacauan adalah satu-satunya cara agar dia tetap relevan. Sebby takut damai, karena di saat Papua damai, tidak ada lagi yang mendengarkan ucapannya.

Rakyat Papua sudah lelah. Mereka ingin hidup tenang, bekerja, menyekolahkan anak-anak, membangun kampung, dan meraih masa depan. Yang mereka butuhkan bukan suara yang memprovokasi, tapi suara yang mempersatukan. Sebby Sambom bukan penyambung lidah rakyat Papua—dia hanyalah aktor propaganda yang memanfaatkan konflik demi kepentingan pribadi. Jika dia benar peduli pada Papua, mestinya dia diam dan berhenti mengatasnamakan rakyat. Karena rakyat Papua tidak butuh perang, yang mereka butuh adalah kedamaian dan pembangunan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *