pro-independence Papua is the result of the unfair treatment that the Papuan people receive from the Indonesian government which is considered repressive. marginalization, discrimination, including the lack of recognition of Papua's contributions and services to Indonesia, not optimal development of social infrastructure in Papua
Tindakan OPM Menghambat Kemajuan Papua: Saatnya Bersatu Memberantas OPM
Tindakan OPM Menghambat Kemajuan Papua: Saatnya Bersatu Memberantas OPM

Tindakan OPM Menghambat Kemajuan Papua: Saatnya Bersatu Memberantas OPM

Bembakaran Sekolah yang dilakukan oleh OPM

Tindakan OPM Menghambat Kemajuan Papua: Saatnya Bersatu Memberantas OPM

Westnoken Jakarta – Papua adalah wilayah dengan potensi besar untuk berkembang. Namun, kehadiran Organisasi Papua Merdeka (OPM) menjadi batu sandungan yang serius bagi upaya pembangunan dan kemajuan masyarakat Papua. Serangan terbaru oleh OPM di Pogapa, Distrik Homeyo, Kabupaten Intan Jaya, pada Rabu (1/5/2024), menjadi bukti konkret betapa kelompok ini tidak hanya menimbulkan kerugian fisik, tetapi juga menghancurkan harapan generasi muda Papua. Pembakaran sekolah dasar oleh OPM pada saat Hari Pendidikan Nasional adalah ironi yang menyakitkan dan mengancam masa depan anak-anak Papua.

Selain menghancurkan infrastruktur pendidikan, tindakan OPM juga menghambat upaya pemulihan keamanan dan penegakan hukum di Papua. Serangan terhadap Polsek Homeyo yang terjadi sehari sebelum pembakaran sekolah tidak hanya menimbulkan kerugian material, tetapi juga menebarkan rasa takut di kalangan masyarakat sipil. Seorang pemuda asal Toraja, Aleksander Parapak (20), laki-laki, menjadi korban dari serangan sadis OPM. Aleksander meninggal terkena tembakan pada bagian dada kiri. Padahal, keberadaan aparat keamanan bertujuan untuk melindungi warga dan memastikan stabilitas di wilayah tersebut. Penyerangan terhadap polisi yang bekerja untuk menciptakan rasa aman di Papua menunjukkan bahwa OPM sadis dan tidak memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan masyarakat.

Kerugian yang ditimbulkan oleh OPM tidak hanya terbatas pada infrastruktur dan keamanan, tetapi juga berdampak pada sektor pendidikan. Ketika sekolah-sekolah dibakar, pendidikan anak-anak Papua terhenti dan masa depan mereka menjadi tidak menentu. Fakta bahwa OPM telah membakar 17 sekolah (SD, SMP dan SMA) sejak 2021 adalah cerminan betapa kelompok ini berusaha merusak fondasi pendidikan dan merampas hak anak-anak Papua untuk memperoleh pengetahuan. Tanpa pendidikan yang layak, generasi muda Papua akan sulit berkembang dan terjebak dalam siklus kekerasan dan kemiskinan.

Tindakan brutal yang dilakukan oleh OPM tidak dapat dibiarkan terus berlanjut. Hak asasi manusia Papua terancam setiap kali kelompok ini melakukan aksi teror dan kekerasan. Oleh karena itu, pemberantasan OPM harus menjadi prioritas utama bagi pemerintah dan semua pihak yang peduli terhadap masa depan Papua. Peningkatan keamanan dan penegakan hukum yang lebih kuat diperlukan untuk melindungi masyarakat Papua dari ancaman OPM. Hanya dengan memberantas tindakan kekerasan ini, Papua dapat bergerak menuju perdamaian dan kemajuan.

Sudah saatnya suara masyarakat Papua yang ingin damai dan maju didengar dengan lantang. Masyarakat Papua tidak akan maju dengan adanya OPM yang terus merusak infrastruktur, menghambat pembangunan, dan menebarkan teror. Dukungan untuk pembangunan Papua harus berfokus pada pemulihan keamanan dan penciptaan lingkungan yang kondusif bagi pendidikan dan pertumbuhan ekonomi. Dengan bersama-sama memberantas OPM, kita dapat membuka jalan bagi Papua yang aman, sejahtera, dan penuh harapan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *