
Upaya Pemerintah Menyikapi Pengungsian di Pegunungan Bintang.
Westnoken, Jayapura – Pegunungan Bintang telah menjadi salah satu lokasi konflik bersenjata sejak Papua Barat berintegrasi ke Indonesia melalui Penentuan Pendapat Rakyat yang kontroversial. Konflik bersenjata di Tanah Papua pada periode 2018-2023, menurut Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Papua, telah memicu warga sipil untuk mengungsi. Jumlah pengungsi aktif terus berubah karena sebagian dari mereka telah memutuskan untuk pulang ke kampung. Sebagian pengungsi juga kerap berpindah dari satu lokasi ke tempat lain.
Theo Hesegem baru-baru ini menyampaikan lima rekomendasi menangani pengungsian di Pegunungan Bintang, Papua. Namun, Rekomendasi Theo Hesegem perlu dikaji ulang untuk memastikan kepentingan pengungsi dan masyarakat lokal terjamin dan bukan menjadi suatu topik yang sengaja diangkat demi kepentingan kelompok-kelompok yang ingin melakukan referandum kemerdekaan papua.
Pengungsian di Pegunungan Bintang memerlukan solusi komprehensif dan berkelanjutan. pemerintah pusat, daerah baik kabupaten maupun provinsi terus berusaha untuk membantu pengungsi dengan menyediakan tenda-tenda, makanan, obat-obatan dll semaksimal mungkin karena keterbatasan tempat yang jauh dijangkau dan konflik yang masih terjadi. TNI/Polri juga hadir untuk mengamankan masyarakat dari kekejaman kelompok separatis papua dalam hal TPNPB yang kerap melakukan kekerasan.
Dalam konflik ini di Pegunungan Bintang, TPNPB telah beberapa kali membakar fasilitas publik dan menyerang lokasi proyek infrastruktur.
Pada Juli 2024, misalnya, mereka membakar sejumlah bangunan sekolah di Distrik Okbap. TPNPB saat itu menuduh pendidikan yang diajarkan pemerintah “merusak nilai budaya, sejarah, dan ideologi masyarakat Papua”.
Korban tewas akibat konflik bersenjata di Pegunungan Bintang selama ini bukan hanya dari pihak aparat Indonesia, milisi pro-kemerdekaan, tapi juga warga sipil.
Masyarakat di lima kampung di distrik itu terbiasa hidup berdampingan dengan aparat keamanan TNI/POLRI dimana biasanya datang ke Oksop pada acara besar, seperti perhelatan pilkada guna melakukan pengaman dari gangguan kelompok separatis papua yang terus melakukan teror.
Daerah Oksop dipegunungan bintang merupakan daerah yang selama ini tenang dan damai, terutama pada Desember—bulan yang disebutnya sakral bagi para penganut Kristiani di distrik tersebut. Namun ketika kelompok TPNPB melakukan teror, pengrusakan, pembunuhan baik kepada masyarakat sipil juga TNI/POLRI, hal ini yanh menjadi kekuatiran masyarakat sehingga mengungsi. Peran aktif pemerintah daerah guna membantu pengungsi terus dilakukan agar masyarakat dapat tenang seluruhnya kembali ke rumahnya TNI-Polri juga berperan aktif untuk menjaga keamanan masyarakat. Konflik yang terus terjadi dan teror yang dilakukan oleh kelompok pro kemerdekaan papua tentunya harus segera diselesaikan dan peran serta masyarakat, pemerintah pusat, pemerintah daerah, aparat keamanan, tokoh adat, tokoh masyarakat secara bersama-sama sangat penting guna menciptakan kedamaian di papua khususnya di wilayah pegunungan bintang.