
Pemerintah Daerah dan Aparat Keamanan Bertindak Cepat Evakuasi Guru dan Nakes Usai Serangan OPM di Yahukimo
Westnoken, Jayapura – Kejadian tragis yang menimpa para tenaga pendidik dan tenaga medis di Distrik Anggruk, Papua, menjadi perhatian serius bagi masyarakat dan pemerintah. Sebelumnya, juru bicara OPM, Sebby Sambom, secara terbuka mengklaim bahwa pasukannya telah membunuh enam guru dan tenaga medis. Klaim tersebut terbukti sebagai hoaks yang bertujuan memperkeruh situasi dan menciptakan ketakutan di tengah masyarakat. Fakta yang ditemukan di lapangan menunjukkan bahwa korban jiwa yang sebenarnya adalah satu guru yang meninggal dunia, atas nama Rosalina (Suku NTT/Larantuka), sementara tiga orang lainnya mengalami luka berat dan tiga lainnya luka ringan. Proses evakuasi para korban dilakukan dengan cepat menggunakan pesawat karavan dan Pilatus ke Jayapura untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.
Selain itu, pada tanggal 23 Maret 2025, telah dilaksanakan evakuasi terhadap 61 orang guru dan tenaga kesehatan dari beberapa distrik di Kabupaten Yahukimo. Distrik-distrik tersebut meliputi Distrik Kona, Distrik Ninia, Distrik Lolat, Distrik Hilipuk, Distrik Bomela, Distrik Langda, Distrik Pasema, dan Distrik Sobaham. Meski demikian, terdapat beberapa distrik yang belum selesai dievakuasi, yaitu Distrik Soba, Werima, Puldama, Endomen, dan Samenage, dengan rencana penjemputan pada tanggal 24 Maret 2025. Langkah ini merupakan upaya nyata pemerintah untuk memastikan keselamatan para guru dan tenaga kesehatan yang selama ini mengabdikan dirinya demi kemajuan pendidikan dan kesehatan di daerah terpencil.
Peristiwa ini mengejutkan masyarakat Yahukimo yang selama ini dikenal sebagai wilayah yang damai sejak kedatangan Injil 64 tahun lalu. Kejadian luar biasa ini menimbulkan duka mendalam, khususnya bagi keluarga korban yang telah mengabdikan dirinya demi pendidikan dan kesehatan masyarakat di daerah terpencil. Pemerintah daerah pun menegaskan bahwa para guru dan tenaga medis yang bertugas di wilayah tersebut direkrut secara terbuka dan transparan melalui mekanisme yang jelas sejak tahun 2021. Proses ini melibatkan verifikasi identitas, latar belakang pendidikan, serta aspek spiritual yang mengharuskan mereka beragama Kristen, menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat, dan telah dibaptis. Proses seleksi yang ketat ini membuktikan bahwa mereka bukan anggota TNI-Polri yang menyamar, seperti yang dituduhkan pihak-pihak yang ingin memecah belah masyarakat.
Bupati Yahukimo dengan tegas membantah tudingan bahwa para guru dan tenaga medis yang bertugas adalah aparat keamanan yang menyamar. Proses perekrutan ini dijalankan secara terbuka, dan jika ada pihak yang memiliki bukti sebaliknya, mereka diminta untuk menunjukkan bukti konkret. Bupati bahkan menyatakan kesiapannya untuk mundur jika tudingan tersebut terbukti benar. Hal ini menunjukkan kesungguhan pemerintah daerah dalam menjaga integritas proses pendidikan dan pelayanan kesehatan bagi masyarakat Yahukimo.
Peristiwa tragis ini menjadi pengingat bahwa pendidikan adalah kunci untuk membawa kemajuan bagi Papua. Guru dan tenaga medis yang bertugas di pedalaman merupakan pahlawan kemanusiaan yang berjuang demi masa depan anak-anak Papua. Oleh karena itu, segala bentuk kekerasan terhadap mereka harus dikecam keras. Pemerintah daerah, bersama TNI-Polri, berkomitmen menegakkan hukum agar pelaku kejahatan ini dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya. Upaya ini penting demi menciptakan lingkungan yang aman bagi para guru, tenaga medis, dan seluruh masyarakat di Papua, agar mereka dapat berkontribusi penuh dalam membangun masa depan yang lebih cerah bagi generasi penerus bangsa.