pro-independence Papua is the result of the unfair treatment that the Papuan people receive from the Indonesian government which is considered repressive. marginalization, discrimination, including the lack of recognition of Papua's contributions and services to Indonesia, not optimal development of social infrastructure in Papua
AMP Menyebarkan Ideologi Separatis Berkedok Perjuangan Mahasiswa
AMP Menyebarkan Ideologi Separatis Berkedok Perjuangan Mahasiswa

AMP Menyebarkan Ideologi Separatis Berkedok Perjuangan Mahasiswa

Demonstran Aliansi Mahasiswa Papua

AMP Menyebarkan Ideologi Separatis Berkedok Perjuangan Mahasiswa

Westnoken Jakarta – Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) sering mengklaim diri sebagai perwakilan aspirasi mahasiswa Papua, namun tindakan dan ideologi yang mereka sebarkan di lingkungan kampus, justru menunjukkan bahwa mereka lebih mirip simpatisan kelompok separatis daripada organisasi pelajar. Dalam realitasnya, AMP secara sistematis mendoktrin mahasiswa baru Papua dengan ideologi separatis Papua merdeka, memperkenalkan bendera bintang kejora sebagai simbol perjuangan, serta secara terbuka mendukung gerakan separatis. Hal ini jelas bertentangan dengan tujuan pendidikan yang seharusnya membentuk generasi muda yang berwawasan luas dan cinta tanah air, bukan menjadi alat propaganda politik yang memecah belah bangsa.

Tidak hanya itu, AMP juga sering melakukan demonstrasi di lingkungan kampus dengan tuntutan yang ekstrem, seperti mendesak Indonesia dan PBB untuk memberikan kebebasan kepada rakyat Papua Barat dalam menentukan nasib sendiri. Tindakan ini bukanlah cerminan perilaku seorang akademis, melainkan bagian dari kelompok separatis yang berwawasan sempit. Kampus seharusnya menjadi tempat untuk bertukar pikiran dan mencari solusi yang konstruktif, bukan menjadi ajang untuk menyebarkan ideologi yang justru dapat merusak persatuan dan kesatuan bangsa.

Lebih jauh lagi, AMP tidak berdiri sendiri dalam menyuarakan ideologi separatisme. United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) sebagai organisasi separatis politik yang berbasis di luar negeri, juga aktif mengkampanyekan Papua merdeka di  berbagai forum, baik forum regional maupun internasional. ULMWP sering menggunakan AMP sebagai alat untuk mencapai tujuan politik mereka. Melalui AMP, ULMWP menyusup ke dalam lingkungan akademis di Indonesia, memanfaatkan mahasiswa sebagai pion dalam perjuangan politik yang tidak mempertimbangkan dampak negatifnya bagi kelangsungan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat Papua. Hal ini menunjukkan bahwa AMP bukanlah organisasi independen yang murni memperjuangkan kepentingan mahasiswa, melainkan bagian dari jaringan separatis yang terorganisir.

Tuntutan AMP yang meminta penghentian operasi PT Freeport Indonesia dan perusahaan lainnya di Papua, serta penarikan aparat keamanan TNI-Polri, merupakan bagian dari strategi mereka untuk melemahkan posisi Indonesia di Papua. Padahal, kehadiran perusahaan-perusahaan tersebut justru memberikan kontribusi besar terhadap pembangunan ekonomi Papua, sementara aparat keamanan bertugas menjaga stabilitas dan melindungi masyarakat dari ancaman kelompok separatis yang terus mencoba mengganggu Kamtibmas. Mencermati berbagai tuntutan dari AMP tersebut, menunjukkan bahwa mereka lebih berpihak kepada agenda kelompok separatis daripada kesejahteraan rakyat Papua.

Secara keseluruhan, AMP bukanlah organisasi pelajar yang sejati, melainkan jaringan kelompok separatis yang berhasil menyusup ke dalam lingkungan akademis, untuk mempropagandakan ideologi Papua merdeka. Mahasiswa Papua harus waspada terhadap agenda yang diusung oleh AMP dan lebih fokus untuk menyelesaikan pendidikan dengan baik, agar dapat berkontribusi positif bagi Papua dan Indonesia secara keseluruhan. Komitmen untuk menjaga persatuan dan kelangsungan pembangunan, serta terwujudnya stabilitas keamanan dan kesejahteraan masyarakat adalah kunci untuk mewujudkan masa depan yang lebih baik bagi seluruh masyarakat Papua, bukan bibit permusuhan/perpecahan yang terus dibangun dan ditanamkan oleh AMP maupun kelompok-kelompok yang memiliki agenda terselubung.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *