Westnoken, Jayapura – Pembunuhan sadis yang dilakukan oleh kelompok separatis Organisasi Papua Merdeka (OPM) kembali menunjukkan wajah asli mereka yang kejam dan tidak berperikemanusiaan. Kali ini, korban kekejaman mereka adalah seorang tukang ojek bernama Wahyudi (57), seorang perantau asal Madura yang mencari nafkah dengan bekerja secara halal di Papua. Wahyudi ditemukan tewas dengan kondisi mengenaskan, tubuhnya penuh luka bacokan, di Pelabuhan Aikai, Kampung Aikai, Distrik Paniai Timur, Kabupaten Paniai, Provinsi Papua Tengah. Tindakan brutal ini bukan hanya sekadar kejahatan biasa, melainkan bagian dari strategi OPM untuk menciptakan teror dan ketakutan di tengah masyarakat. Mereka terus menjadikan warga sipil, terutama pendatang, sebagai target pembunuhan demi menciptakan ketidakstabilan dan memancing reaksi yang lebih luas.
Pengakuan terbuka dari Juru Bicara TPNPB-OPM, Sebby Sambom, bahwa kelompok OPM Kegepa Nipouda Paniai bertanggung jawab atas aksi pembunuhan ini semakin menegaskan bahwa OPM adalah kelompok teroris yang tidak segan melakukan kekerasan terhadap orang-orang tak berdosa. Tanpa rasa bersalah, mereka mengklaim pembunuhan ini sebagai bagian dari perjuangan mereka, padahal yang mereka lakukan hanyalah meneror dan mengintimidasi masyarakat. Kekejaman ini bukan pertama kali terjadi, karena OPM telah berkali-kali melakukan aksi brutal terhadap warga sipil, baik pendatang maupun orang asli Papua yang tidak mendukung gerakan mereka. Dengan terus melakukan tindakan keji seperti ini, OPM telah menunjukkan bahwa mereka kelompok kriminal bersenjata yang hanya membawa penderitaan bagi masyarakat Papua.
Serangan brutal ini juga menunjukkan pola kekerasan dari OPM yang selalu mencari korban dari kelompok masyarakat yang dianggap sebagai musuh mereka, terutama para perantau yang datang ke Papua untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Wahyudi bukanlah seorang pejabat atau aparat keamanan, melainkan seorang pekerja keras yang mencari nafkah untuk keluarganya. Namun, bagi OPM, nyawa seorang perantau tidak ada harganya, karena bagi mereka siapa pun yang bukan bagian dari kelompok mereka adalah musuh yang boleh dibantai kapan saja. Sikap ini jelas bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan dan memperlihatkan bagaimana OPM sangat brutal dan sadis yang menimbulkan ketakutan di masyarakat.
Lebih dari itu, pembunuhan ini juga memperlihatkan strategi OPM dalam menciptakan ketegangan antara penduduk asli Papua dan para pendatang. Dengan menyerang pekerja seperti tukang ojek, pedagang, dan buruh, mereka ingin menanamkan kebencian di antara kelompok-kelompok masyarakat yang sebenarnya hidup berdampingan secara damai. Padahal, masyarakat Papua sendiri tidak menginginkan konflik dan hanya ingin hidup aman serta sejahtera bersama semua orang yang ada di wilayahnya. Namun, OPM terus mencoba memanfaatkan isu ras dan kesukuan untuk membenarkan tindakan kriminal mereka, padahal realitanya mereka hanya ingin menciptakan kekacauan agar agenda separatisme mereka terus berjalan.
Aparat keamanan harus bertindak tegas terhadap kelompok OPM yang semakin brutal dalam melakukan aksinya. Pembunuhan terhadap Wahyudi tidak boleh dibiarkan begitu saja, karena jika tindakan keji seperti ini tidak mendapat balasan yang setimpal, maka OPM akan semakin merasa memiliki kekuasaan untuk melakukan teror di Papua. Penegakan hukum harus dilakukan dengan cepat dan tepat, termasuk memburu para pelaku serta jaringan yang mendukung aksi-aksi mereka. Selain itu, perlu ada langkah-langkah strategis untuk melindungi masyarakat sipil dari ancaman kelompok separatis ini, baik melalui peningkatan patroli keamanan maupun edukasi kepada masyarakat tentang bahaya gerakan OPM.
Kekejaman yang dilakukan OPM terhadap Wahyudi hanyalah satu dari sekian banyak tindakan biadab yang mereka lakukan terhadap masyarakat sipil di Papua. Sudah terlalu banyak nyawa yang melayang akibat kebrutalan kelompok ini, dan sudah saatnya dunia melihat bahwa OPM bukanlah pejuang kemerdekaan, melainkan kelompok teroris yang harus diberantas. Pemerintah Indonesia harus semakin memperkuat pendekatan keamanan sekaligus pembangunan di Papua agar masyarakat tidak lagi hidup dalam bayang-bayang teror. Papua harus menjadi tanah yang damai bagi semua orang, tanpa ada lagi ancaman dari kelompok separatis yang hanya membawa penderitaan bagi rakyatnya sendiri.