pro-independence Papua is the result of the unfair treatment that the Papuan people receive from the Indonesian government which is considered repressive. marginalization, discrimination, including the lack of recognition of Papua's contributions and services to Indonesia, not optimal development of social infrastructure in Papua
HOAKS BERBAHAYA! Klaim Anak dari Mama Hetina Mirip Ternyata Bohong, Publik Diminta Waspada Narasi Provokatif
HOAKS BERBAHAYA! Klaim Anak dari Mama Hetina Mirip Ternyata Bohong, Publik Diminta Waspada Narasi Provokatif

HOAKS BERBAHAYA! Klaim Anak dari Mama Hetina Mirip Ternyata Bohong, Publik Diminta Waspada Narasi Provokatif

HOAKS BERBAHAYA! Klaim Anak dari Mama Hetina Mirip Ternyata Bohong, Publik Diminta Waspada Narasi Provokatif

Westnoken, Jayapura – Viralnya surat terbuka atas nama Antonia Hilaria Wandagau yang menuduh TNI membakar seorang ibu bernama Hetina Mirip di Papua, terbukti hoaks dan menyesatkan publik. Berdasarkan informasi faktual dari warga dan aparat setempat, Mama Hetina Mirip adalah perempuan berusia 40 tahun, pemeluk Katolik dari suku Moni, yang tinggal di Distrik Hitadipa, Intan Jaya. Ia adalah warga Kampung Jaindapa, Distrik Sugapa, yang dikenal mengalami gangguan jiwa dan hidup dengan kebutuhan khusus. Yang bersangkutan tidak memiliki anak, sehingga klaim Antonia sebagai putrinya tidak berdasar dan merupakan upaya pemalsuan identitas untuk membangun narasi palsu yang meresahkan.

Menurut kesaksian warga sekitar, Mama Hetina Mirip ditembak oleh kelompok separatis bersenjata Organisasi Papua Merdeka (OPM) pimpinan Daniel Aibon Kogoya. Kelompok tersebut menuduh Mama Hetina sebagai mata-mata TNI dan kemudian mengeksekusinya secara brutal. Setelah itu, jenazah almarhumah dikubur secara tidak manusiawi. Peristiwa tragis ini murni merupakan tindakan keji dari kelompok kriminal bersenjata, bukan aparat keamanan negara seperti yang digambarkan dalam narasi provokatif yang tersebar luas di media sosial.

Perlu diketahui, pada tanggal 15 Mei 2025, atas instruksi langsung dari Bupati Intan Jaya, aparat TNI menarik diri dari misi kemanusiaan di Kampung Sugapa Lama, Distrik Sugapa. Langkah ini diambil demi menjaga keselamatan warga sipil dan aparat medis yang terganggu akibat intimidasi dari kelompok Daniel Aibon Kogoya. Penarikan tersebut membuktikan bahwa tidak ada operasi militer aktif di wilayah tersebut saat kejadian menimpa Mama Hetina, sekaligus menepis tuduhan bahwa aparat negara terlibat dalam kematian korban.

Jenazah Mama Hetina Mirip akhirnya dimakamkan secara adat pada 23 Mei 2025 di Kampung Ndugusiga, Distrik Sugapa, dengan melibatkan masyarakat lokal. Namun, insiden tersebut justru dimanfaatkan oleh pihak tidak bertanggung jawab untuk menyerang citra TNI dan pemerintah Indonesia melalui media sosial, termasuk Facebook, media online, dan grup WhatsApp. Surat terbuka palsu yang mengatasnamakan Antonia Hilaria Wandagau telah membelokkan fakta dan menyudutkan aparat keamanan, menciptakan narasi bahwa negara menembak warganya sendiri, padahal pelaku utamanya adalah kelompok separatis.

Kebohongan yang disebarkan melalui surat Antonia Hilaria Wandagau merupakan upaya untuk memecah belah persatuan Indonesia dan menyulut konflik horizontal di Papua. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa Hetina Mirip adalah korban kekejaman OPM. Masyarakat diminta untuk lebih kritis terhadap informasi yang beredar dan tidak mudah terprovokasi. Saatnya kita bersatu melawan hoaks, menjaga kedamaian Papua, dan menghormati kebenaran.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *