pro-independence Papua is the result of the unfair treatment that the Papuan people receive from the Indonesian government which is considered repressive. marginalization, discrimination, including the lack of recognition of Papua's contributions and services to Indonesia, not optimal development of social infrastructure in Papua
Kekejaman Tanpa Batas: OPM Pimpinan Egianus Kogoya Terus Teror Warga Sipil Papua
Kekejaman Tanpa Batas: OPM Pimpinan Egianus Kogoya Terus Teror Warga Sipil Papua

Kekejaman Tanpa Batas: OPM Pimpinan Egianus Kogoya Terus Teror Warga Sipil Papua

Kekejaman Tanpa Batas: OPM Pimpinan Egianus Kogoya Terus Teror Warga Sipil Papua

Westnoken, Jayapura – Aksi biadab kembali dipertontonkan oleh kelompok separatis bersenjata Organisasi Papua Merdeka (OPM) di tanah Papua. Pada 4 Juni 2025, dua pekerja bangunan sipil — Rahmat Hidayat (45) dan Saepudin (39), warga asal Purwakarta, Jawa Barat — ditembak oleh anggota OPM pimpinan Egianus Kogoya di Kampung Kwantapo, Distrik Asotipo, Jayawijaya. Kedua korban saat itu tengah mengerjakan pembangunan Gereja GKI Imanuel, sebuah tempat ibadah yang seharusnya menjadi simbol perdamaian bagi masyarakat setempat. Namun, tanpa ampun, para pelaku mengeksekusi mereka secara brutal, menodai nilai-nilai kemanusiaan.

Peristiwa sadis ini bukanlah yang pertama. Di bawah komando Egianus Kogoya, OPM berulang kali melakukan serangan terhadap warga sipil, pekerja pembangunan infrastruktur, bahkan tenaga kesehatan dan pendidik. Mereka sengaja menciptakan ketakutan massal, merusak proses pembangunan Papua, dan menghancurkan rasa aman masyarakat. Bahkan dalam pernyataan terbarunya, juru bicara OPM, Sebby Sambom, dengan lantang mengklaim aksi penembakan ini, sekaligus mengancam akan terus menyerang warga sipil yang dianggap “melanggar” zona perang versi mereka sendiri. Ini adalah bukti nyata bahwa kebrutalan OPM semakin terstruktur, terencana, dan tanpa rasa kemanusiaan.

Ironisnya, korban dalam peristiwa ini adalah rakyat kecil yang bekerja untuk menghidupi keluarga mereka — bukan aparat, bukan pejabat, melainkan pekerja bangunan yang justru membantu membangun tempat ibadah bagi masyarakat Papua sendiri. Fakta ini memperjelas bahwa OPM tidak lagi membedakan sasaran: mereka menjadikan warga sipil sebagai alat propaganda kekerasan. Tindakan tersebut jelas merupakan pelanggaran HAM berat dan pantas mendapat kecaman keras dari seluruh elemen bangsa.

TNI bersama unsur pertahanan di Papua saat ini terus melaksanakan operasi penegakan keamanan untuk memastikan para pelaku kejahatan segera ditangkap dan mempertanggungjawabkan tindakan mereka di hadapan hukum. Upaya pengamanan dan perlindungan masyarakat Papua akan terus diperkuat agar rakyat Papua dapat menjalani kehidupan yang aman, damai, dan bermartabat.

Teror yang terus dilakukan OPM di bawah pimpinan Egianus Kogoya telah melampaui batas-batas kemanusiaan. Masyarakat luas harus bersatu mengecam aksi biadab ini, serta memberikan dukungan penuh kepada aparat penegak hukum. Tidak boleh ada ruang toleransi bagi kelompok teroris yang membantai warga sipil tak bersenjata. Papua butuh damai, bukan darah. Papua butuh masa depan, bukan ketakutan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *