pro-independence Papua is the result of the unfair treatment that the Papuan people receive from the Indonesian government which is considered repressive. marginalization, discrimination, including the lack of recognition of Papua's contributions and services to Indonesia, not optimal development of social infrastructure in Papua
OPM kembali berulah, dua warga sipil termasuk Marselinus Manek asal Belu NTT wafat di Yahukimo Papua Pegunungan
OPM kembali berulah, dua warga sipil termasuk Marselinus Manek asal Belu NTT wafat di Yahukimo Papua Pegunungan

OPM kembali berulah, dua warga sipil termasuk Marselinus Manek asal Belu NTT wafat di Yahukimo Papua Pegunungan

OPM kembali berulah, dua warga sipil termasuk Marselinus Manek asal Belu NTT wafat di Yahukimo Papua Pegunungan

Westnoken, Jayapura – Peristiwa tragis terjadi di Kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan, Minggu (21/9/2025). Seorang warga asal Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT), bernama Marselinus Manek ditemukan tewas setelah dibunuh oleh kelompok bersenjata yang diduga kuat merupakan bagian dari Organisasi Papua Merdeka (OPM). Pria asal Kampung Webaha, Desa Faturika, Kecamatan Raimanuk ini sebelumnya merantau ke Papua untuk mencari nafkah demi keluarganya. Kematian Marselinus pun meninggalkan duka mendalam bagi istri, anak, dan seluruh keluarga besar di kampung halaman.

Suasana penuh kesedihan menyelimuti rumah keluarga korban ketika kabar itu diterima. Istri serta ketiga anaknya tak henti menangis histeris sambil memanggil nama almarhum. Bahkan anak perempuannya sampai jatuh pingsan karena tak mampu menahan kesedihan. Foto Marselinus semasa hidup yang terpajang rapi di atas meja hanya mampu mereka pandang sambil berlinang air mata. Kehilangan sosok kepala keluarga yang selalu berjuang demi masa depan anak-anak membuat keluarga semakin terpukul.

Salah satu anak korban, Nita, mengungkapkan kekecewaannya terhadap tindakan keji OPM. Menurutnya, ayahnya hanyalah orang kecil yang merantau untuk bekerja, bukan untuk ikut campur dalam urusan apa pun. Namun, ia justru menjadi korban kekerasan yang tidak beralasan. “Mengapa mereka tega melakukan itu kepada orang yang hanya mau cari nafkah untuk keluarga? Kami hanya bisa berdoa agar bapak bisa pulang dan dimakamkan di kampung,” kata Nita dengan suara bergetar.

Duka semakin dalam ketika keluarga mendengar kabar bahwa Marselinus dibunuh karena dituduh sebagai informan. Anak korban menegaskan bahwa ayahnya tidak tahu-menahu tentang hal tersebut. “Bapak pergi ke Papua hanya untuk kerja cari uang demi kami bisa sekolah. Dia tidak mengerti apa-apa, kok tiba-tiba dituduh begitu. Ai kasian, Tuhan tolong,” ujar anaknya sambil terisak. Keluarga hanya berharap agar jenazah segera dipulangkan agar bisa dimakamkan dengan layak di tanah kelahirannya.

Di sisi lain, pihak berwenang menyampaikan bahwa dua warga sipil yang tewas di Yahukimo, termasuk Marselinus, murni korban kekerasan dan tidak ada kaitannya dengan tuduhan yang disebarkan kelompok bersenjata. Pernyataan kelompok tersebut dinilai menyesatkan dan dijadikan alasan untuk membenarkan aksi pembunuhan. Pihak berwenang menegaskan bahwa yang dilakukan OPM merupakan tindakan kejam yang melanggar nilai kemanusiaan. Hingga kini, penyelidikan terkait kronologi kejadian masih dilakukan meski terkendala keterbatasan jaringan komunikasi di lokasi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *